
kaum lelaki tidak dibolehkan mewarnai jenggotnya dengan warna hitam. Berdasarkan dalil-dalil yang melarangnya. Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata:
أتي بأبي قحافة يوم فتح مكة ورأسه ولحيته كالثغامة بياضاً
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم غيروا الشيب واجنبوه السواد
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إن اليهود والنصارى لا يصبغون، فخالفوهم . متفق عليه
ﻏَﻴِّﺮُﻭﺍ ﻫَﺬَﺍ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻭَﺍﺟْﺘَﻨِﺒُﻮﺍ ﺍﻟﺴَّﻮَﺍﺩَ
“ Ubahlah uban ini dengan sesuatu, tetapi hindarilah warna hitam ” (HR Abu Dawud 4163)
Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasa’i juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu bahwa ia berkata: “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
يكون قوم يخضبون في آخر الزمان بالسواد كحواصل الحمام لا يريحون رائحة الجنة
rambut atau janggut yang telah memutih, Jika ingin diwarnai maka Dianjurkan agar mewarnai rambut dengan menggunakan inai atau sejenisnya yang membuat warna rambut menjadi merah atau kuning, karena Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mewarnai rambut beliau dengan warna kuning.
Dan berdasarkan riwayat Muslim yang menyebutkan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu ‘Anhu mewarnai rambutnya dengan inai dan al-katam (sejenis tetumbuhan untuk mewarnai rambut). Dan juga berdasarkan hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
إن أحسن ما غيرتم به هذا الشيب الحناء والكتم
“Sesungguhnya bahan terbaik untuk mewarnai uban kamu ialah inai dan al-katam (inai).” (H.R Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan At-Tirmidzi, dan dinayatakan shahih oleh beliau)
diperbolehkan memakai pewarna sintetik dengan syarat pewarna tersebut tidak menghalangi air wudhu mengenai kulit kepala, karna jika menjadi penghalang masuknya air ke kulit rambut ketika berwudhu, maka menyebabkan wudhu tidak sah, yang berdampak kepada sholatpun tidak diterima.
referensi bacaan : hadeethenc.com | islamqa.info | bimbinganislam.com
disusun oleh atri yuanda elbariamany

