Pada tahun 12 kenabian, datang 12 pria (10 orang suku al-aus dan 2 dari suku al-khazraj) dari arab madinah (ke mekkah pada musim haji).
Maka mereka berkumpul bersama rasulullah shallallahu alahi wa salam ketika aqobah pertama dan mengikrarkan baiat kesetiaan diatas agama islam dengan melaksanakan beberapa syarat (baiat ini juga dikenal dalam sejarah dengan baiatul nisa’.
Untuk tidak menyekutukan Allah taala dengan sesuatu apapun, dan tidak mencuri, dan tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kalian, dan jangan melakukan kedustaan yang diada-adakan diantara tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, dan jangan bermaksiat pada perkara yang baik, maka jika mereka penuhi (taati) maka bagi mereka syurga. Dan jika ada diantara mereka pernah melanggar sesuatu yang sudah ditetapkan, maka Allah taala yang memutuskan perkara mereka, atas kehendaknya mereka di ampuni dan atas kehendaknya pula mereka di azab.
Dan tatkala mereka pulang ke negeri mereka, mereka juga ditemani salah satu sahabat nabi yang bernama mus’ab ibnu umair radhiallahu anhu yang diutus nabi muhammad ﷺ, (dikenal dengan istilah muqri), mengajarkan dan memahamkan mereka tentang agama islam, maka semakin tersebarlah islam lewat perantara mereka yang ikut aqabah pertama, sehingga tidak ada tertinggal satupun rumah di madinah melainkan terdapat penyebutan islam di dalamnya.
Siapa datang pada tahun ke 12 kenabian ?
12 pria datang dari madinah
Apakah mereka berkumpul bersama rasulullah ?
ya, mereka berbait ketika di aqobah
Atas perkara apa mereka berbait ?
berbait Untuk tidak menyekutukan Allah taala dengan sesuatu apapun, dan tidak mencuri, dan tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kalian, dan jangan melakukan kedustaan yang diada-adakan diantara tangan-tangan dan kaki-kaki mereka, dan jangan bermaksiat pada perkara yang baik
Apa yang dilakukan nabi ﷺ ketika mereka hendak pulang ke madinah ?
nabi ﷺ juga mengutus mus’ab ibnu Umair radhiallahu anhu untuk mengajarkan islam.
Kenapa baitul aqabatul ula juga disebut dengan baiatun nisa ?
Ahli sejarah islam terdahulu syeikh ibnu ishaq rahimahullah menyebutkan bahwa baiatul aqabatul ula berkaitan erat terhadap baiatun nisa, maksud baiatun nisa sebagaimana disebutkan dalam surat almumtahanah pada ayat 12.
Syeikh munajjid juga menyebutkan perbedaan pendapat perihal kapan turun ayat, yaitu setelah perjanjian hudaibiyyah dan setelah pembebasan kota mekkah, yang terakhir lebih kuat pendapatnya.
ومن حديث عبادة بن الصامت -رضي الله عنه- أيضا عند البخاري في صحيحه قال: بايعنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على السمع والطاعة في المنشط والمكره، وأن لا ننازع الأمر أهله، وأن نقوم أو نقول بالحق حيثما كنا لا نخاف في الله لومة لائم .
ونزول هذه الآية متأخر بعد قصة الحديبية بلا خلاف، والدليل على ذلك ما رواه البخاري في صحيحه في حديث عبادة -رضي الله عنه- هذا: أن النبي -صلى الله عليه وسلم- لما بايعهم قرأ الآية كلها، وعند مسلم في صحيحه قال: فتلا علينا آية النساء قال: (… أن لا يشركن بالله شيئا ).
ذكر “ابن إسحاق” أن بيعة العقبة الأولى كانت على بيعة النساء ، والمقصود ببيعة النساء ما ورد في سورة الممتحنة ، في الآية/12، يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Berkata ibnu ishaq bahwasanya baiat al-aqabah al-ula merupakan bait kepada wanita, maksud baiatun nisa yaitu apa yang terdapat dalam urat almumtahanah ayat 12.
Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan bai’at (janji setia), bahwa mereka tidak akan menyekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka,dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
بَايِعُونِى عَلَى أَنْ لاَ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا ، وَلاَ تَسْرِقُوا ، وَلاَ تَزْنُوا ، وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلاَدَكُمْ ، وَلاَ تَأْتُوا بِبُهْتَانٍ تَفْتَرُونَهُ بَيْنَ أَيْدِيكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ ، وَلاَ تَعْصُوا فِى مَعْرُوفٍ ، فَمَنْ وَفَى مِنْكُمْ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا فَعُوقِبَ فِى الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ ، وَمَنْ أَصَابَ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا ثُمَّ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَهُوَ إِلَى اللَّهِ إِنْ شَاءَ عَفَا عَنْهُ ، وَإِنْ شَاءَ عَاقَبَهُ

masjid ini dibangun untuk menghormati paman nabi al-abbas bin abdul muthtalib radhiallahu anu yang mana beliau turut hadir menemani keponakannya nabi muhammad ﷺ dalam rangka menjaga keselamatannya ketika baiatnya beberapa utusan arab madinah.



